Bibit Kacang Hijau yang Tak Bertumbuh
Tarsis Sigho - Taipei
Seorang teman mengirimkan kisah ini kepada saya dan tak diketahui dari mana asalnya. Dikisahkan bahwa sebuah perusahaan telekomunikasi di Italia sedang mencari satu tenaga teknis untuk menangani salah satu departemen
dari perusahaan tersebut.
Begitu banyak yang datang melamar dan menjalani ujian tertulis. Namun
sesudah ujian tertulis ini, semua peserta diberi pekerjaan rumah, setiap
orang diberi semangkok bibit kacang hijau untuk disemayamkan. Dan setelah
jangka waktu yang diberikan setiap orang harus membawa pulang bibit kacang
hijau yang telah tumbuh segar ke perusahaan tersebut. Siapa yang berhasil
merawat kacang yang tumbuh paling segar akan memperoleh posisi pekerjaan
yang dikejar banyak orang karena memberikan jaminan gaji yang tinggi tersebut.
Setelah jangka waktu yang diberikan itu para peserta ujian kembali lagi ke
perusahaan sambil membawa bibit kacang hijau yang telah bertumbuh segar
menghijau. Setiap orang memamerkan hasil usaha mereka dan dalam hati
berharap bahwa ia akan memperoleh posisi yang bagus tersebut. Nampak
seketika bahwa team penilai akan sulit memutuskan siapa yang jadi
pemenangnya karena semua membawa bibit kcang yang telah bertumbuh itu sama bagus dan sama segarnya.
Setelah diabsensi ternyata satu orang tidak muncul di tengah para peserta.
Sang manager perusahaan lalu menelpon pelamar yang tak hadir itu dan
menanyakan alasan ketidak-hadirannya. Orang tersebut dengan penuh
penyesalan serta rasa bersalah memberikan alasan ketidak-hadirannya saat
ini. Ia mengatakan bahwa bibit yang diberikan itu hingga saat ini belum
bertumbuh pada hal ia sudah berusaha memberi pupuk, memberi air yang
cukup. Semua persyaratan yang dibutuhkan agar bibit kacang hijau bertumbuh
subur telah dipenuhinya, namun anehnya, bibit tersebut seakan berkepala
keras tak mau bertumbuh.
"Aku berpikir bahwa aku pasti gagal untuk memperoleh posisi dalam
perusahaan telekomunikasi ini. Karena itu saya memutuskan untuk tidak
datang hari ini ke perusahaan bapa." Dan justru di saat ketika orang itu
akan meletakan gagang telephonya, sang manager memberikan kata-kata yang sungguh di luar dugaannya;
"Engkaulah satu-satunya yang diterima perusahaan kami. Profisiat!" Orang itu heran dan kaget tak percaya.
Sesungguhnya, bibit kacang hijau yang dibagikan kepada para peserta
tersebut adalah bibit yang telah diproses sehingga tak bisa bertumbuh
lagi. Perusahaan akan dengan mudah mengetahui peserta mana yang jujur. Dan ternyata hanya seorang yang yang tak mampu membawa bibit kacang yang telah tumbuh. Dan dialah orang yang dipilih itu.
"Inilah prinsip kami, nilai moral dalam pekerjaan lebih ditinggikan ketimbang keberhasilan dalam bekerja." Demikian sang manajer menjelaskan.
Beri perhatian lebih pada karakter dari pada reputasi, karena karakter
adalah diri sebenarnya, sementara reputasi hanya anggapan orang tentang
anda. (John Wooden)
Tarsis Sigho - Taipei
Seorang teman mengirimkan kisah ini kepada saya dan tak diketahui dari mana asalnya. Dikisahkan bahwa sebuah perusahaan telekomunikasi di Italia sedang mencari satu tenaga teknis untuk menangani salah satu departemen
dari perusahaan tersebut.
Begitu banyak yang datang melamar dan menjalani ujian tertulis. Namun
sesudah ujian tertulis ini, semua peserta diberi pekerjaan rumah, setiap
orang diberi semangkok bibit kacang hijau untuk disemayamkan. Dan setelah
jangka waktu yang diberikan setiap orang harus membawa pulang bibit kacang
hijau yang telah tumbuh segar ke perusahaan tersebut. Siapa yang berhasil
merawat kacang yang tumbuh paling segar akan memperoleh posisi pekerjaan
yang dikejar banyak orang karena memberikan jaminan gaji yang tinggi tersebut.
Setelah jangka waktu yang diberikan itu para peserta ujian kembali lagi ke
perusahaan sambil membawa bibit kacang hijau yang telah bertumbuh segar
menghijau. Setiap orang memamerkan hasil usaha mereka dan dalam hati
berharap bahwa ia akan memperoleh posisi yang bagus tersebut. Nampak
seketika bahwa team penilai akan sulit memutuskan siapa yang jadi
pemenangnya karena semua membawa bibit kcang yang telah bertumbuh itu sama bagus dan sama segarnya.
Setelah diabsensi ternyata satu orang tidak muncul di tengah para peserta.
Sang manager perusahaan lalu menelpon pelamar yang tak hadir itu dan
menanyakan alasan ketidak-hadirannya. Orang tersebut dengan penuh
penyesalan serta rasa bersalah memberikan alasan ketidak-hadirannya saat
ini. Ia mengatakan bahwa bibit yang diberikan itu hingga saat ini belum
bertumbuh pada hal ia sudah berusaha memberi pupuk, memberi air yang
cukup. Semua persyaratan yang dibutuhkan agar bibit kacang hijau bertumbuh
subur telah dipenuhinya, namun anehnya, bibit tersebut seakan berkepala
keras tak mau bertumbuh.
"Aku berpikir bahwa aku pasti gagal untuk memperoleh posisi dalam
perusahaan telekomunikasi ini. Karena itu saya memutuskan untuk tidak
datang hari ini ke perusahaan bapa." Dan justru di saat ketika orang itu
akan meletakan gagang telephonya, sang manager memberikan kata-kata yang sungguh di luar dugaannya;
"Engkaulah satu-satunya yang diterima perusahaan kami. Profisiat!" Orang itu heran dan kaget tak percaya.
Sesungguhnya, bibit kacang hijau yang dibagikan kepada para peserta
tersebut adalah bibit yang telah diproses sehingga tak bisa bertumbuh
lagi. Perusahaan akan dengan mudah mengetahui peserta mana yang jujur. Dan ternyata hanya seorang yang yang tak mampu membawa bibit kacang yang telah tumbuh. Dan dialah orang yang dipilih itu.
"Inilah prinsip kami, nilai moral dalam pekerjaan lebih ditinggikan ketimbang keberhasilan dalam bekerja." Demikian sang manajer menjelaskan.
Beri perhatian lebih pada karakter dari pada reputasi, karena karakter
adalah diri sebenarnya, sementara reputasi hanya anggapan orang tentang
anda. (John Wooden)