logika yang aneh
Malam tadi, tanpa sengaja mata g tertuju pada tulisan di sebuah banner. Isinya:
makin banyak belajar
makin banyak tahu
makin banyak tahu
makin banyak kuatir
makin banyak kuatir
makin banyak pikiran
makin banyak pikiran
makin banyak pekerjaan
makin banyak pekerjaan
makin banyak penghasilan
makin banyak penghasilan
makin banyak makan
makin banyak makan
makin banyak penyakit
(kurang lebih isinya seperti di atas..)
jadi, jika ditarik kesimpulan, bunyinya menjadi:
makin banyak belajar, makin banyak penyakit
Saya sempat tertegun, wah gawat ini, sejak kapan banyak belajar jadi banyak penyakit?? Kecuali belajarnya pakai dipukul-pukul dulu, sudah pasti bakalan sakit (tapi belum tentu menjadi sebuah penyakit). Atau kondisi belajar seperti apa ya yang bisa menimbulkan penyakit?? Mungkin belajar (maaf) nyabu, ngobat, dan lain-lain yang ujung-ujungnya mengganggu metabolisme tubuh dan akhirnya menimbulkan berbagai macam penyakit. Tapi mana mungkin sih sebuah banner di pajang besar-besar kalo hanya mempromosikan tindakan-tindakan negatif? Pastinya ya untuk membawa pesan-pesan positif kepada para pembacanya.
Nah, di bagian bawah banner, barulah jelas pesan yang ingin disampaikannya, yaitu supaya manusia tidak berlebih-lebihan dalam mencari penghasilan, yang penting secukupnya saja (singkatnya seperti itu). Lalu kenapa dimulai dari belajar ya? Rasanya kok kontradiktif dengan konsep belajar yang saya ketahui selama ini. Belajar ya artinya menambah ilmu, dengan menambah ilmu, akan makin mengerti dan paham terhadap hal-hal di dunia ini. Termasuk juga bagaimana menyembuhkan penyakit. Jadi harusnya hubungan belajar dan penyakit menjadi: "semakin banyak belajar, dipastikan tidak akan menimbulkan penyakit kecuali cara belajarnya salah atau materinya bertentangan dengan norma-norma."
Ya, mungkin g aja yg terlalu isenk menafsirkan dan menarik kesimpulan seperti di atas. Hanya saja, tulisan di banner tersebut terlalu provokatif untuk tidak ditanggapi. Jadi, kesimpulannya adalah: "semakin provokatif isinya, semakin besar kemungkinan orang akan menanggapinya, maka semakin besar pula kemungkinan untuk di pikirkan banyak orang"
Sekian.
Malam tadi, tanpa sengaja mata g tertuju pada tulisan di sebuah banner. Isinya:
makin banyak belajar
makin banyak tahu
makin banyak tahu
makin banyak kuatir
makin banyak kuatir
makin banyak pikiran
makin banyak pikiran
makin banyak pekerjaan
makin banyak pekerjaan
makin banyak penghasilan
makin banyak penghasilan
makin banyak makan
makin banyak makan
makin banyak penyakit
(kurang lebih isinya seperti di atas..)
jadi, jika ditarik kesimpulan, bunyinya menjadi:
makin banyak belajar, makin banyak penyakit
Saya sempat tertegun, wah gawat ini, sejak kapan banyak belajar jadi banyak penyakit?? Kecuali belajarnya pakai dipukul-pukul dulu, sudah pasti bakalan sakit (tapi belum tentu menjadi sebuah penyakit). Atau kondisi belajar seperti apa ya yang bisa menimbulkan penyakit?? Mungkin belajar (maaf) nyabu, ngobat, dan lain-lain yang ujung-ujungnya mengganggu metabolisme tubuh dan akhirnya menimbulkan berbagai macam penyakit. Tapi mana mungkin sih sebuah banner di pajang besar-besar kalo hanya mempromosikan tindakan-tindakan negatif? Pastinya ya untuk membawa pesan-pesan positif kepada para pembacanya.
Nah, di bagian bawah banner, barulah jelas pesan yang ingin disampaikannya, yaitu supaya manusia tidak berlebih-lebihan dalam mencari penghasilan, yang penting secukupnya saja (singkatnya seperti itu). Lalu kenapa dimulai dari belajar ya? Rasanya kok kontradiktif dengan konsep belajar yang saya ketahui selama ini. Belajar ya artinya menambah ilmu, dengan menambah ilmu, akan makin mengerti dan paham terhadap hal-hal di dunia ini. Termasuk juga bagaimana menyembuhkan penyakit. Jadi harusnya hubungan belajar dan penyakit menjadi: "semakin banyak belajar, dipastikan tidak akan menimbulkan penyakit kecuali cara belajarnya salah atau materinya bertentangan dengan norma-norma."
Ya, mungkin g aja yg terlalu isenk menafsirkan dan menarik kesimpulan seperti di atas. Hanya saja, tulisan di banner tersebut terlalu provokatif untuk tidak ditanggapi. Jadi, kesimpulannya adalah: "semakin provokatif isinya, semakin besar kemungkinan orang akan menanggapinya, maka semakin besar pula kemungkinan untuk di pikirkan banyak orang"
Sekian.