TOMBOI atau feminin, semua menyangkut penampilan wanita. Tatanan rambut misalnya. Cepak, pendek kerapkali diasosiasikan dengan penampilan yang lebih kepria-priaan alias tomboi. Sementara rambut panjang menjuntai, lebih diasosiasikan sebagai tampilan feminin. Demikian juga tampilan pakaian, sepatu, dan masih banyak lagi yang lain.
Feminin atau sesuatu yang bersifat wanita mengacu pada karateristik atau ciri-ciri yang menampilkan hal-hal, misalnya sikap dan ucapan yang lemah lembut, sabar, patuh, serta pandai mengurus rumah tangga. Dari segi fisik feminin bercirikan seperti belahan payudara, rambut panjang, dan pinggang yang sempit.
Setiap budaya memiliki konsep feminitas masing-masing. Di China, hingga tahun 1911, feminin dicirikan dengan ukuran kaki yang kecil. Beberapa suku di Afrika dan Asia memandang wanita yang mengenakan cincin leher bertumpuk-tumpuk sebagai feminin dan anggun. Sementara itu di negara-negara Barat hingga periode tahun 1970-an masih memandang wanita yang memakai celana panjang sebagai kurang feminin.
Kini, saat semakin banyak wanita memiliki pendidikan dan pekerjaan yang setara dengan laki-laki, nyatanya sepatu hak tinggi, rok, dan rambut panjang bak mayang terurai masih jadi pertimbangan banyak wanita untuk tetap merasa dirinya feminin. Paling tidak hal itu terungkap dari pernyataan Wulan Guritno, aktris berdarah Inggris. Katanya, "Panjang pendeknya rambut memang tidak mengurangi feminitas, tapi saya pribadi lebih feminin saat rambut panjang," katanya.
Samuel Mulia, pemerhati gaya hidup, menilai konsep feminitas telah bergeser dalam konteks yang lebih luas. Mengenakan celana panjang, rambut pendek yang stylish, atau menekuni profesi di dunia laki-laki, masih tetap membuat seorang perempuan dinilai feminin oleh lingkungannya.
"Feminin tidak ditentukan oleh bidang pekerjaan atau hobi yang ditekuni sepanjang perempuan itu tetap kembali pada kodratnya," ujar Samuel dalam sebuah diskusi yang diakan oleh Dove dalam rangka peluncuran rangkaian produk terbarunya, Dove HairFall Therapy System, di Jakarta (22/1).
Senada dengan Samuel, Mira Lesmana, sutrada film, mengatakan meski bekerja di bidang yang lazim digeluti laki-laki dan memiliki staf yang kebanyakan laki-laki, ia tak merasa kehilangan feminitasnya. "Bekerja di dunia film dulu dianggap sangat tidak feminin karena kebanyakan yang bekerja di bidang itu adalah laki-laki," katanya.
Saat ini, tutur Mira, batasan-batasan antara feminin dan maskulin memang banyak berubah. Terlebih sekarang wanita lebih bebas berekspresi. "Sekarang tidak bisa memasak, tidak pakai rok, atau memiliki rambut pendek dan ikal seperti saya, tidak apa-apa," ujarnya. Namun, tegas Mira, kodrat perempuan tidak akan berubah. Hamil, menyusui, dan merawat anak-anak, merupakan salah satunya.
"Naluri keperempuanan otomatis akan keluar saat seorang wanita dewasa. Saya merasa sangat feminin saat menyusui dan menggendong bayi. Buat saya itu adalah titik kulminasi, mengalahkan semua atribut feminin yang lain," kata produser film Laskar Pelangi ini.
Wulan juga setuju dengan pendapat Mira. "Feminitas itu ada dalam diri kita sendiri karena memang sudah kodratnya," katanya. Karena itulah ibu satu anak ini merasa beruntung karena mendapat didikan yang ketat dari nenek yang mengasuhnya. "Saya diajarkan bahwa tidak semua yang dilakukan laki-laki bisa kita lakukan, misalnya saja cara duduk. Saya juga dididik agar sebagai wanita tetap harus melayani pasangan, misalnya membuatkan minuman, meski ada pembantu," katanya.
Secara fisik, tutur Samuel, wanita mungkin merasa feminin saat memakai gaun, rok, sepatu hak tinggi, atau memiliki rambut panjang. Secara psikologis, setiap wanita akan merasa feminin saat kembali pada kodratnya. "Beradaptasi dengan lingkungan yang didominasi pria boleh-boleh saja asal tidak perlu mengubah sikap seperti laki-laki karena lama-lama sifat keperempuanan bisa terkikis," ujarnya. Apalagi pria seringkali takluk oleh sifat feminin perempuan.
Jadi, meski masih banyak yang menilai feminitas dari penampilan luar, banyak juga yang menganggap bahwa feminitas lebih mengacu pada sikap, hati. Wanita berambut cepat bahkan gundul masih bisa dianggap feminin karena kelemahlembutan dan ciri-ciri kewanitaan lain yang menonjol dalam dirinya.
SUMBER : KOMPAS.COM